Yang Bukan Merupakan Manfaat Dari Permainan Jeopardy Adalah... Yuk, Kita Bongkar!

Hari Jumat, jam pelajaran terakhir. Guru masuk bawa laptop dan proyektor. Murid-murid sudah lelah, tapi begitu lihat tampilan layar dengan tulisan besar “JEOPARDY”, semua langsung melek.
Ini bukan ulangan harian. Bukan juga remedial. Ini kuis interaktif yang bikin otak kerja sambil senyum-senyum. Tapi tunggu, apakah semua yang terasa seru itu selalu bermanfaat?
Yuk, kita bahas tentang yang bukan merupakan manfaat dari permainan Jeopardy dalam pembelajaran!
Apa Itu Permainan Jeopardy?
Buat yang belum familiar, Jeopardy bukan jenis makanan ringan. Ini semacam kuis, biasanya dimainkan dalam kelompok, dengan papan soal yang berisi poin-poin. Semakin tinggi poinnya, semakin sulit pertanyaannya.
Formatnya terbalik: murid dikasih "jawaban", lalu mereka harus menebak "pertanyaan"-nya. Tapi tentu saja, di kelas kita sesuaikan biar lebih cocok buat ngulang materi pelajaran.
Misalnya:
Jawaban: Negara yang memiliki lima sila.
Pertanyaan: Apa itu Indonesia?
Sederhana, tapi nagih.
Manfaat Permainan Jeopardy di Sekolah
Permainan ini bukan cuma pengusir kantuk. Ada banyak nilai edukatif yang disuntik secara diam-diam.
Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi
Dalam permainan ini, murid-murid nggak bisa main diam-diam saja. Mereka harus ngobrol, diskusi, saling meyakinkan soal jawaban yang tepat. Bukan cuma melatih mulut, tapi juga telinga. Harus bisa mendengar pendapat teman.
Bahkan yang biasanya pendiam bisa jadi lebih aktif. Mereka belajar menyampaikan ide dan menghargai pendapat orang lain. Nilai ini erat banget dengan sikap toleransi antar pelajar dan budaya musyawarah di sekolah.
Melatih Berpikir Kreatif dan Strategis
Permainan Jeopardy nggak sekadar soal hafalan. Murid harus berpikir cepat, membuat asosiasi, dan terkadang menjawab berdasarkan clue samar.
Misalnya:
Poin 300: Simbol dari sila ketiga Pancasila.
Jawaban kreatif bisa muncul dari mana saja. Ini melatih otak berpikir keluar dari kotak, bukan sekadar hapalan tekstual.
Memperkuat Kolaborasi
Permainan ini dilakukan dalam tim. Bukan solo karier. Semua anggota tim harus bekerja sama, menyumbang ide, menimbang risiko, dan mengambil keputusan bersama.
Ada diskusi. Ada musyawarah. Bahkan ada momen tarik ulur pendapat. Persis seperti dinamika hidup rukun dalam perbedaan di masyarakat. Satu tim, satu suara.
Yang Sebenarnya Bukan Manfaat dari Jeopardy
Nah, sekarang bagian penting. Soal di Modul 3.2 PINTAR Kemenag berbunyi:
“Yang bukan merupakan manfaat dari permainan Jeopardy adalah...”
- A. Meningkatkan rasa kompetitif dalam diri peserta didik
- B. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi
- C. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
- D. Meningkatkan kolaborasi antar peserta didik
Jawaban yang benar adalah A.
Kenapa?
Karena rasa kompetitif bukanlah tujuan utama dari pembelajaran berbasis Jeopardy. Permainan ini dirancang untuk mendorong kerja sama, bukan saling mengalahkan. Di dunia pendidikan, yang dicari bukan siapa yang paling menang, tapi siapa yang paling berkembang bersama.
Jadi kalau ada yang main Jeopardy dan malah saling menjatuhkan, itu artinya mereka belum paham semangatnya.
Kapan Jeopardy Jadi Kurang Efektif?
Meski seru, permainan ini bisa jadi kurang tepat kalau digunakan dalam suasana yang terlalu serius atau pada materi yang memerlukan pendalaman konsep.
Misalnya, untuk pelajaran matematika integral tingkat lanjut, Jeopardy mungkin kurang cocok. Kenapa? Karena jenis pertanyaannya lebih ke konsep cepat, bukan eksplorasi mendalam.
Atau jika satu kelompok selalu menang dan yang lain merasa minder, nilai toleransi dan musyawarah bisa tergeser oleh semangat kompetisi.
Contoh di Kehidupan Sekolah
Bayangkan kelas 8 SMP sedang belajar tentang nilai-nilai Pancasila. Guru membagi siswa dalam empat kelompok. Pertanyaannya: “Apa arti lambang kepala banteng dalam Pancasila?”
Kelompok satu menjawab cepat, kelompok dua sempat debat dulu, kelompok tiga keliru, dan kelompok empat malah bikin yel-yel dulu sebelum jawab.
Yang menarik? Semua aktif. Semua terlibat. Semua belajar.
Yang menang? Nggak penting. Yang penting? Semua memahami bahwa lambang kepala banteng melambangkan sila keempat — kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Dan dari sini juga, siswa menyadari pentingnya menghargai pendapat, berdiskusi, dan mencapai keputusan bersama. Bukan ngotot-ngototan.
Jeopardy dalam Konteks Peta Konsep
Modul 3.2 dari program PINTAR Kemenag membahas bagaimana peta konsep bisa meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
Jeopardy bisa jadi salah satu alat untuk memantik siswa membuat peta konsep setelah bermain. Misalnya, setelah bermain tentang materi “Nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari”, guru bisa minta siswa membuat peta konsep dari hasil diskusi mereka.
Ini bukan sekadar permainan, tapi jembatan menuju pemahaman yang lebih dalam.
Kenapa Kompetisi Bukan Tujuan Utama?
Sekali lagi: permainan Jeopardy memang bisa terasa kompetitif. Tapi itu hanya efek samping. Tujuan utamanya adalah meningkatkan pemahaman, keterlibatan aktif, dan kolaborasi.
Terlalu fokus pada menang-kalah justru bisa merusak atmosfer kelas. Bisa bikin murid enggan mencoba karena takut salah.
Padahal, belajar itu soal proses. Bukan ranking.
Alternatif Manfaat Lain dari Permainan Jeopardy
Kalau masih bingung apa saja manfaat yang bukan kompetitif, berikut beberapa yang bisa dicatat:
- Meningkatkan semangat belajar: Karena bentuknya game, murid jadi lebih semangat.
- Mengembangkan keberanian bicara: Murid belajar berbicara di depan orang banyak.
- Membangun sikap toleran: Dalam tim, pasti beda pendapat. Di sinilah sikap toleransi antar pelajar teruji.
- Mengasah kemampuan refleksi: Selesai bermain, bisa ada refleksi soal strategi yang digunakan.
Tips Guru Saat Menggunakan Jeopardy
Biar permainannya tetap sesuai tujuan, guru bisa coba beberapa trik ini:
- Bagi kelompok secara acak biar tidak selalu teman akrab yang bareng.
- Pastikan semua anggota mendapat giliran bicara.
- Berikan pertanyaan reflektif setelah permainan. Misalnya: “Apa yang kalian pelajari dari diskusi tadi?”
- Gunakan papan nilai yang seimbang, jangan terlalu banyak soal bernilai tinggi.
Dengan begitu, fokus tetap pada pembelajaran, bukan semata menang.
Penutup: Yuk, Belajar Bukan untuk Saingan
Di kelas, belajar pakai Jeopardy itu seru banget. Bisa ketawa bareng, diskusi bareng, dan belajar bareng. Tapi kita perlu ingat, yang bukan merupakan manfaat dari permainan Jeopardy adalah ketika semangat kompetisinya jadi berlebihan.
Pembelajaran itu bukan lomba lari. Bukan siapa cepat dia dapat. Tapi soal saling bantu, saling dukung, dan tumbuh bareng.
Jadi, kalau lain kali gurumu bilang, “Hari ini kita main Jeopardy!”, kamu udah tahu kan harus ngapain?
Bukan saling sikut, tapi saling dorong buat maju bareng. Karena hidup di sekolah — dan di luar sana — butuh kerja sama, toleransi, dan musyawarah.
Jeopardy bukan tentang siapa paling pintar. Tapi siapa paling siap belajar bersama.
Dan itu, teman-teman, adalah nilai sejati dari Pancasila yang hidup di kelas.