Banten Translokasi Dua Badak Jawa ke JRSCA, Upaya Selamatkan Satwa Langka

Daftar Isi

Gubernur Banten Andra Soni dan Kepala Balai Besar TNUK Ardi Andono di Gedung Negara Provinsi Banten

Pandeglang, Banten –
Pemerintah Provinsi Banten bersama Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) melakukan translokasi dua ekor badak jawa (Rhinoceros sondaicus) ke kawasan khusus konservasi Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di Desa Ujung Jaya, Kabupaten Pandeglang. Langkah ini menjadi bagian dari upaya strategis menyelamatkan spesies langka yang tersisa hanya di ujung barat Pulau Jawa tersebut.

Translokasi ini tidak hanya simbolik, tetapi juga merupakan bentuk komitmen nyata pemerintah dalam menjaga kelestarian satwa endemik yang kini masuk daftar hewan hampir punah.

“Pelestarian alam, termasuk perlindungan satwa endemik seperti Badak Jawa, adalah komitmen bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta masyarakat,” ujar Gubernur Banten, Andra Soni, saat konferensi pers di Gedung Negara Provinsi Banten, Jumat (13/6).

Andra menegaskan bahwa kekayaan alam Banten adalah bagian dari warisan dunia yang harus dijaga bersama. Ia menilai translokasi ini sebagai bentuk kepedulian terhadap masa depan lingkungan sekaligus generasi mendatang.

Sinergi Konservasi dan Ekonomi Hijau

Dalam kesempatan itu, Gubernur Andra juga menekankan pentingnya kolaborasi antar-lembaga dalam konservasi alam. Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk turut terlibat aktif menjaga lingkungan, sekaligus menangkap peluang dari pengembangan wisata berbasis konservasi.

“Ini bukan hanya soal pelestarian, tetapi juga peluang. Wisata konservasi bisa membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat lokal,” tambahnya.

Wisata berbasis konservasi memang tengah menjadi tren global yang menggabungkan kepedulian lingkungan dengan pemberdayaan ekonomi lokal. Kawasan JRSCA diproyeksikan menjadi pusat edukasi dan konservasi yang dapat dikunjungi publik dalam koridor terbatas.

Dua Badak, Harapan Baru

Sementara itu, Kepala Balai Besar TNUK, Ardi Andono, menjelaskan bahwa dua individu badak yang dipindahkan bernama Musofa (jantan) dan Desi Ratnasari (betina). Keduanya dipilih karena memiliki genetika terbaik dari populasi 87 ekor badak jawa yang tersisa.

“Kalau kita tidak melakukan upaya konservasi seperti ini, dengan kualitas DNA yang terus menurun, para ahli memprediksi populasi badak jawa bisa punah dalam waktu 40 tahun ke depan,” jelas Ardi.

Musofa dan Desi akan tinggal di dalam kandang alam (pedok) seluas 40 hektare di kawasan JRSCA. Area ini dirancang untuk mendukung pengembangbiakan badak secara terencana dan terpantau, tanpa mengganggu habitat liar yang sudah ada.

Uniknya, nama Desi Ratnasari dipilih sebagai bentuk penghormatan kepada Desy Ratnasari, aktris dan politisi yang pernah menjabat sebagai Duta Badak Indonesia.

Badak Jawa: Simbol Ketahanan Ekologi Indonesia

Badak jawa adalah salah satu spesies paling langka di dunia dan hanya dapat ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon. Selain sebagai simbol konservasi nasional, badak jawa juga menjadi indikator penting kesehatan ekosistem.

Upaya translokasi ini menambah optimisme bahwa konservasi yang dikelola dengan ilmu pengetahuan dan kolaborasi multisektor mampu menyelamatkan satwa ikonik Indonesia dari ancaman kepunahan.

Penulis: Fuad Hasan
Editor: Ibrahim